Premium WordPress Themes

16 September 2011

masa yang tak kuingkari

Setiap potong bagian hidup kita adalah hasil apa yang kita pilih. Beberapa pekan lalu tepatnya bulan lalu ada pilihan yang terlampau sulit untuk dipilih tak seperti kuliah yang bisa molor atau seperti membeli baju bagus dengan harga mahal atau baju sederhana dengan harga miring, atau… seperti memilih jadwal kereta yang akan membawamu pergi dari satu tempat ke tempat lain. Pilihan ini akan menentukan hitam atau putihnya saya dimata orang – orang, dan yang paling berat adalah saya harus mencari solusi di atas pilihan ini. Solusi yang tak kunjung saya temukan hingga berpekan – peckn berikutnya.

Semuanya, hanya berawal dari mencari sebuah kata bernama “tulus”. Kata – kata itu menuntun saya bereksplorasi terhadap sebab akibat pilihan saya tersebut. Sebelumnya maaf, saya tak akan bisa dan tak pernah bisa menyebutkan maksud dari pilihan saya tersebut. Terlampau sulit untuk dikatakan di depan umum, atau dimengerti oleh orang ynag tak mengerti.

Saya hanya ingin “tulus” ketika berteman, tak peduli siapa dia, dimana dia, bagaimana dia, mengapa dia, dan kapan. Ternyata akibat dari pilihan saya tersebut ada beberapa sahabat lawas yang tak berkenan, atau tak rela? Tak peduli berapa jam telah kita lewati dengan tawa maupun tangis. Tak peduli apa alasanku. Tapi aku mengerti, itu bukan mudah untuk bersikap seperti saat aku masih berada pada pilihan itu. Dan satu yang bisa diambil dari akibat ini, bahwa carilah teman-teman yang salehah untuk terus mengingatkanmu tentang kebaikan, tanpa peduli sikapnya padamu. Karena ketika ia tulus memberi nasehat dan support pasti kita akan mendengarnya.

Saya hanya ingin “tulus” memberi dan “tulus melakukan sesuatu”. Betapa sulitnya hal yang satu ini. Tak banyak yang bisa diberi dan dilakukan oleh orang dangkal ilmu, dangkal akhlak, dangkal harta sepertiku. Ternyata kuncinya satu, seperti kata teman – teman dan pengajar – pengajarku dulu “lillah”. Namun… huff…Biarkan saya belajar seumur hidup tentang ini.

Saya hanya ingin “tulus” selamanya ketika berada pada pilihan itu. Tapi ternyata ada potongan – potongan unbearable yang tak bisa tertahan lagi. Biasanya orang menyebutnya dengan kekecewaan, ketidakcocokan, atau bahkan pembangkangan. Tapi andai teman – teman bisa percaya aku, percayalah bukan karena ketiga kata itu. Siapa yang mampu memilih hal ini jika teringat hal - hal seperti lirik di lagu “lembayung bali”. Siapa pula yang mau memilih hal ini, karena kita pun tak tahu kapan ajal menjemput. Siapa yang bisa memilih hal ini, meskipun tau sulit untuk mencari solusi lain. Tak ada…

Aku tak mampu berkata – kata lagi, tak juga mmpu menahan tatapan – tatapan berbeda kaliyan.

- Ditemani sang surya di pagi hari dengan soundtrack “lembayung bali” Saras Dewi